More Than Words

n🍊
3 min readAug 2, 2022

--

Orang bilang kalau satu kota, masih akan sering bertemu. Nyatanya tidak bagiku dan Jeffrey. Hubungan kami tahun ini sudah memasuki tahun ketiga, di tahun ketiga ini sekiranya bisa dihitung jari aku bertemu Jeffrey.

Jeffrey baru saja mendapatkan promosi di kantornya. Sedangkan aku, masih bergelut dengan berbagai macam laporan yang tak ada habisnya.

Aku bekerja di kawasan Sudirman, sedangkan Jeffrey di kawasan Kuningan. Jarak yang dekat. Tapi untuk sekedar makan siang bersama saja belum tentu bisa. Jeffrey ataupun aku akan melewati waktu berjam-jam, bahkan bisa melebihi waktu makan siang kami.

Untungnya, hari ini sudah dipenghujung pekan. Peluang dan kesempatan ku bertemu Jeffrey jauh lebih besar dibanding hari biasa. Walaupun hari Jum’at akan selalu disibukkan oleh reporting yang tidak bisa terlewat satupun.

Pukul 3 sore, aku yang sudah mulai terkantuk-kantuk di meja kerjaku menyadari suatu hal. Telepon masuk. Dari seseorang yang selalu aku tunggu kabarnya. Jeffrey menelponku.

Heem? tanyaku lemas

Lemes banget sih.. Mau pulang bareng gak?” Tanyanya disebrang sana

Akupun langsung melebarkan kedua bola mataku dan reflek meninggikan suara sehingga beberapa orang memfokuskan matanya padaku, “YAAA BOLEH”

“Eh tapi ini baru jam 3, kamu kan keluar jam 4. Aku setengah 5” Jawabku sambil melihat jam dipergelangan tanganku. “Aku bawa mobil juga Jeff, gimana caranya pulang bareng?”

“Kan udah aku bilang kalo Jum’at gausah bawa kendaraan, bareng aku”

“Berangkatnya naik apaan? naik burok?” Kataku kesal mengingat rumah kita yang berlawanan arah

“Hahaha gausah kesel gitu dong aku jadi gemes”

“Yaudah, gini aja.. Mobilnya kamu tinggal di kantor, Senin paginya aku jemput.. deal gak?”

“Heem. Yaudaah. Tapi Senin pulangnya bareng lagi gak?”

“Aku gak janji…” Jawabnya pasrah “Tapi kalo aku bisa, ya bareng lagi”

Aku hanya mengangguk dan tersenyum tanpa Jeffrey lihat. Pikirku hubungan yang dewasa harus memiliki pengertian satu sama lain kan?

“Okee! Terus gimana entar aku kan baru keluar jam 5-an. Kamu gapapa nunggu?”

“Kamu yakin aku bakal nunggu? hahaha kayanya justru kamu deh yang nunggu” Ejeknya “Kan tau sendiri, dari kantor aku ke kantor kamu mesti puter balik dulu.. belom macetnya.”

“AAAAH. Iyaiya okay. Sekarang aku mau lanjutin laporan dulu, biar cepet ketemu kamu. mwah mwah” Sambungku dan langsung menutup teleponnya secara sepihak.

Benar saja kata Jeffrey, aku yang menunggunya.

Lima belas menit menunggu, akhirnya mobil range rover putih memberikan sinyal lampu kepadaku, menyuruhku untuk segera masuk.

Aku menyambung Jeffrey dengan senyuman, ia segera merentangkan tangannya untuk memelukku, dan sedikit mempukpuk kepalaku seperti anak kecil yang bertemu orang tuanya.

“Gimana seminggu ini? Maaf yaa kita jadi jarang ketemu” Katanya dengan tangan yang masih melingkar dileher ku.

“Ya gitu… Biasa kerjanya tiga puluh persen, meetingnya tujuh puluh persen” Keluhku.

“Yaudah nih makan dulu. Tadi aku agak lama soalnya antre McD dulu” Katanya mengulurkan satu kantong paket double cheese burger.

Jeffrey segera melajukan mobilnya, aku memerhatikan wajahnya. Terlihat jelas kalau Jeffrey agak kurang tidur.

“Capek banget ya?”

“Gimana yaaaa.. iyasih. Abisnya pas aku promosi banyak hal baru yang perlu dipelajarin”

Aku mengangguk setuju.

“Tapi mudah-mudahan ketemu kamu capeknya ilang hahaha” Lanjutnya

“Cih, gombal banget”

“Ini mau kemana?” Tanya Jeffrey

“Pulang ajaaa, pulang juga kita bisa-bisa sampenya jam 8”

“Okeee”

“Aku nyalain radio ya”

Jeffrey hanya mengangguk, dan akhir pekan kami dimulai dengan kepadatan kota yang tak pernah ada habisnya.

P.s: Now Playing, More Than Words — Westlife

--

--